ADS

Home » » Lampung Pesisir (3) SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ADAT LAMPUNG PESISIR

Lampung Pesisir (3) SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ADAT LAMPUNG PESISIR

Posted by PINTU SEKOLAH on Wednesday, November 18, 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ADAT LAMPUNG PESISIR

BANDAR LIMA – KECAMATAN CUKUHBALAK



GEOGRAFIS
Di ujung selatan Sumatera, sepanjang pantainya terjal, diselang-selingi oleh lembah sempit yang dilingkari bukit-bukit, hijau penuh tanaman: cengkeh, dan beraneka pohon buah-buahan. Lautnya tenang bagai kaca, bak talam emas yang digelar bila sore tiba. Bukit-bukit itu nampak biru dari kejauhan. dan di bawah bukit-bukit itu sungai-sungai yang berliku, jernih airnya, subur tanahnya.
Di sanalah sekelompok manusia telah memilih tempat tinggal, hidup dengan anugerah Tuhan yang melimpah, tanah subur dengan musim buah-buah yang silih berganti. Mereka bercocok tanam dan bertani. Pada waktu-waktu senggang menanti panen, ada yang berdagang dan tak sedikit yang menjadi nelayan, memancing dan menjala. Dan Tuhan tak henti-hentinya mengucurkan rezeki; musim buah berganti musim cengkeh, lalu menyusul musim-musim: ikan, siput, rebon, udang dan cumi.
Kampung-kampung itu memanjang dari hilir ke mudik mengikuti lekuk-liku tepi-tepi sungai berlembah sempit, Kumpulan kampung-kampung itu berupa marga dan dari beberapa marga terciptalah satu pemerintahan Kecamatan.
Kecamatan ini telah berdiri sejak zaman Belanda “Kecamatan Cukuh balak”. Batas-batas wilayahnya:
1. Sebelah barat berbatasan dengan Batubalai/wilayah Kecamatan Kotaagung.
2. Sebelah timur dengan Lengkukai/wilayah Kecamatan Padangcermin.
3. Sebelah selatan dengan lautan Indonesia dan sebuah pulau, Pulau Tabuan yang masih termasuk wilayah Kecamatan Cukuhbalak.
4. Sebelah utara dengan Tanjungsiom batas kecamatan Limau.
Wilayah kecamatan yang merupakan daerah marga ini terdiri dari beberapa kampung. Marga merupakan daerah adat yang dikepalai oleh Kepala Adat yang menguasai beberapa suku adat (sebatin), Sebatin dikepalai oleh Penyimbang Batin yang membawahii beberapa kelompok yang lebih kecil (suku), sedang kampung (pekon) dikepalai oleh Kepala Kampung (pekon) selaku pemerintah Republik Indonesia, di bawah Camat.
Dalam wilayah Kecamatan Cukuhbalak terdiri dari lima 5 Marga:
1.    Makhga Putih, sebagai ibukota Kecamatan Cukuhbalak terletak di Putihdoh. Marga putih terdiri dari 7 kampung: Putihdoh, Tanjung Betuah, Banjakhmanis, Pampangan, Kacamakhga, Sawangbalak, dan Kakhangbuah.
2.    Makhga Pakhtiwi, terdiri dari 10 kampung, yaitu: Sukapadang, Kejadian Lom/Luah, Gedung, Banjakhnegekhi, Sukakhaja, Tanjungkhaja, Tanjung Jati, Way Khilau dan Tengokh.
3.    Makhga Kelumbayan, terdiri dari 7 kampung: Negekhikhatu, Pekonsusuk, Pekon Unggak, Penyandingan, Paku, Napal, Lengkukai.
4.    Makhga Badak, hanya terdiri dari satu kampung Badak, karena penduduknya banyak berpindah ke tempat lain, yaitu kampung sawah/gedung dalom, dan tanjung agung 1. Khaja di Bandakh (Badak) di way awi kampung sawah, (gedung dalom, tanjung agung, pekondoh)
2. kebilang apit,
3. penjokhet agung
4. Batin Pankgikhan
5.    Makhga Limau, terdiri dari 7 kampung, yaitu; Kukhipan, Padangkhatu, Banjakhagung, Tegineneng, Pekonampai, Antakhbekhak, Tanjungsiom.
Jumlah penduduk wilayah ini dalam sensus sampai dengan tahun 1978, sekitar 30155 jiwa, terdiri dari 10288 jiwa laki-laki dewasa, dan 10124 jiwa perempuan dewasa, 4980 anak laki-laki, dan 4699 anak perempuan. Jumlah kampung (pekon) sebanyak 32 buah membawahi 75 kepala suku yang terdiri dari 5388 kepala keluarga. Agama penduduk asli 100% beragama Islam.
Catatan: Sejak otonomi daerah digalakkan, beberapa marga dikembangkan menjadi Kecamatan, sehingga kini telah berdiri: Kecamatan Kelumbayan, Kecamatan Limau, dan Kecamatan Cukuhbalak yang beribukota di Putihdoh.

SEJARAH

Asal-usul penduduk kecamatan Cukuhbalak serta sejarah berdirinya pekon-pekon di wilayah kebandaran Lima Kecamatan Cukuhbalak adalah diawali oleh menyebarnya para bangsawan dari reruntuhan Kerajaan Besar “Skala Bekhak” yang terletak di sekitar Liwa Lampung Utara, terkenal dengan sebutan “Tanoh unggak”. Kerajaan Skala bekhak yang besar di Lampung di samping Kerajaan Talangbawang itu belum didapat data yang pasti kapan dan bagaimana lenyapnya. Diperkirakan adalah akibat perluasan Kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Palembang.
Bekas-bekas dan pengaruh kerajaan ini masih sangat berkesan di kalangan penduduk suku Lampung, karena kerajaan ini tidak lenyap begitu saja, melainkan berganti menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang berbentuk keratuan (kedatuan) sebagai sumber adat yang masih berlaku sampai sekarang di daerah Lampung.
Keratuan-keratuan yang terkenal antara lain:
1. Keratuan Puncak, ibukotanya sekitar Sanguk patcak di lingkungan ibukota Skalabkhak.
2. Keratuan Pugung, ibukotanya Pugung Mengandung Sukadana, Lampung Tengah,   \     Lampung Selatan, dan sampai daerah-daerah sekitar Tanjungtua.
3. Keratuan Balau, ibokotanya terletak di Gunung Jualang di daerah Timur Kota Tanjungkarang.
4. Keratuan Pemanggilan Keratuan ini ibukotanya di sekitar hilir kota Martapura (sekarang termasuk daerah/wilayah Propinsi Sumatera Selatan). Keturunannya tersebar di sekitar Sungai Komering (Sumatera Selatan), Krue, Liwa, dan sekitarnya (Lampung Barat), Teluk Semangka (Tenggamus), Telukbetung, Kalianda (Lampung Selatan). Meskipun keturunannya tersebar dan terpencar-pencar namun mempunyai satu rumpun bahasa yaitu bahasa Lampung Pesisir. sebab itu, ada persamaan antara bahasa Komering dan bahasa Lampung Pesisir utara di Krue dan sekitarnya serta Lampung Pesisir selatan di wilayah Lampung Selatan dan sekitarnya.

Dilihat dari sejarahnya, Cukuhbalak termasuk Keratuan Pemanggilan karena terletak di daerah Teluk Semangka, begitu juga bahasanya memakai bahasa Lampung Pesisir (Lampung Pesesekh).
Dalam Kecamatan Cukuhbalak terdapat lima Kebandaran terkenal dengan sebutan “Pesesekhlima” atau “Bandakhlima” karena kebandaran ini berjumlah Lima dan terletak di pesisir (di pantai lautan).


0 comments:

Post a Comment

ads

Popular Posts

Powered by Blogger.
.comment-content a {display: none;}